MAKALAH
PARASITOLOGI
Entamoeba
histolytica
Disusun guna memenuhi tugas matakuliah Parasitologi
Disusun Oleh:
TEUIS SUSILAWATI
21121179
PARASITOLOGI
JURUSAN
S1 FARMASI
SEKOLAH
TINGGI FARMASI BANDUNG
Jl.Soekarno-Hatta No.754 Bandung
2013
KATA PENGANTAR
Puji
dan syukur saya panjatkan kepada Allah S.W.T atas berkat dan rahmat saya
diberikan kesehatan dan keaktifan dalam menyelesaikan tugas mata kuliah yang
saya tempuh khususnya mata kuliah “parasitologi” untuk memenuhi nilai tugas
yang dibebankan kepada saya selaku mahasiswa. Adapun judul yang akan saya bahas
dalam makalah saya ini adalah mengenai “Entamoeba
Histolytica”.yang pada dasar akan menjelaskan tentang klasifikasi, morfologi,
epidemologi, gejala klinis, siklus hidup, upaya pencegahan, dan lain-lainya.
Demikian pokok-pokok yang akan dibahas dalam makalah ini selanjutkan akan
dibahas dihalaman berikutnya.
Dalam Penulisan makalah
ini saya merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik pada teknis penulisan
maupun materi, mengingat akan kemampuan yang saya miliki. Untuk itu kritik dan
saran dari semua pihak sangat saya harapkan demi penyempurnaan pembuatan
makalah ini.
Saya
menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberi masukan, saran,
kritik terhadap makalah yang disampaikan. Semoga makalah ini dapat membantu
saya dalam memperoleh nilai yang baik dalam mata kuliah parasitologi.
Bandung, November 2013
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR .............................................................................
DAFTAR ISI .............................................................................................
BAB I PENDAHULUAN ....................
1.1 Latar Belakang................................................................
1.2 Tujuan Makalah...............................................................
1.3 Rumusan Masalah............................................................
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................
2.1 Entamoeba Histolytica
2.1.1
Klasifikasi
2.1.2
Morfologi
2.1.3
Siklus Hidup
2.2 Epidemiologi
Dan Distribusi Geografis
2.2.1
Distribusi Geografis
2.2.2
Transmisi
2.2.3
Patogenesis
2.2.4 Genom
2.2.5
Interaksi Patogen
2.3
Gejala Klinis
2.3.1
Diagnosis
2.3.2
Pencegahan Dan Pengobatan
BAB III KESIMPULAN........................................................................
3.1 Kesimpulan .....................................................................
DAFTAR
PUSTAKA ..............................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Parasitologi adalah suatu ilmu cabang
Biologi yang mempelajari tentang semua organisme parasit. Tetapi dengan adanya
kemajuan ilmu, parasitologi kini terbatas mempelajari organisme parasit yang tergolong
hewan parasit, meliputi: protozoa, helminthes, arthropoda dan insekta parasit,
baik yang zoonosis ataupun anthroponosis. Cakupan parasitologi meliputi
taksonomi, morfologi, siklus hidup masing-masing parasit, serta patologi dan
epidemiologi penyakit yang ditimbulkannya. Organisme parasit adalah organisme
yang hidupnya bersifat parasitis; yaitu hidup yang selalu merugikan organisme
yang ditempatinya (hospes). Predator adalah organisme yang hidupnya juga
bersifat merugikan organisme lain (yang dimangsa). Bedanya, kalau predator
ukuran tubuhnya jauh lebih besar dari yang dimangsa, bersifat membunuh dan
memakan sebagian besar tubuh mangsanya. Sedangkan parasit, selain ukurannya
jauh lebih kecil dari hospesnya juga tidak menghendaki hospesnya mati, sebab
kehidupan hospes sangat essensial dibutuhkan bagi parasit yang bersangkutan
1.2 Tujuan
1. Mengetahui
definisi dari entamoeba histolytica
2. mengetahui
morfologi, epidemologi gejala klinis, siklus hidup, upaya pencegahan terhadap
penyakit yang ditimbulkan oleh entamoeba histolytica
3. Menyadari akibat yang dapat
ditimbulkan oleh gangguan parasit terhadap kesejahteraan manusia
1.3 Rumusan Masalah
1. Dengan mempelajari siklus hidup
parasit, kita akan dapat mengetahui bilamana dan bagaimana kita dapat
terinfeksi oleh parasit, serta bagaimana kemungkinan akibat yang dapat
ditimbulkannya.
2. Selanjutnya ditunjang oleh pengetahuan
epidemiologi penyakit, kita akan dapat menentukan cara pencegahan dan
pengendaliannya
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Entamoeba
Histolytica
Entamoeba histolytica
adalah protozoa
parasit,
bagian dari genus
Entamoeba.
Protozoa ini menginfeksi manusia dan primata lainnya. E. histolytica
diperkirakan telah menginfeksi sekitar 50 juta orang di seluruh dunia.
Amebiasis atau disebut juga disentri ameba adalah
penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit usus entamoeba histolytica
(E.histolitica). Entamoeba histolytica merupakan protozoa usus yang hidup
komensial di usus besar manusia. Siklus hidupnya ada 2 macam yaitu trofozoit
dan bentuk kista.
2.1.1 Klasifikasi
Klasifikasi Entamoeba histolytica
2.1.2 Morfologi
Amoeba
ini memiliki bentuk trofozoit dan kista. Trofozoitnya memiliki ciri-ciri
morfologi:
1. ukuran
10-60 μm
2. sitoplasma
bergranular dan mengan-dung eritrosit, yangmerupakan penanda penting untuk diagnosisnya
3. terdapat
satu buah inti entamoeba, ditandai dengan karyosom padat yang terletak di
tengah inti, serta kromatin yang tersebar di pinggir anint
4. bergerak
progresif dengan alat gerak ektoplasma yang lebar,disebut pseudopodia.
Kista
Entamoeba histolytica memiliki ciri-ciri morfologi sebagai berikut:
1.
bentuk memadat mendekati bulat, ukuran
10-20 μm
2.
kista matang memiliki 4 buah inti
entamoba tidak dijumpai lagi eritrosit di
dalam sitoplasma
3.
kista yang belum ma-tang memiliki
glikogen (chromatoidal bodies)
berbentuk seperti cerutu, namun biasanya meng-hilang setelah kista
matang.
Dalam peralihan bentuk trofozoit menjadi kista, ektoplasma memendek dan di
dalam sitoplasma tidak dijumpai lagi eritrosit. Bentuk ini dikenal dengan
istilah prekista (dulu disebut minuta). Bentuk prekista dari Entamoeba
histolytica sangat mirip dengan Bentuk trofozoit dari Entamoeba coli, spesies
lainnya dari ameba usus.
Dalam peralihan bentuk trofozoit menjadi kista,
ektoplasma
memendek dan di dalam sitoplasma tidak dijumpai lagi eritrosit. Bentuk ini
dikenal dengan istilah prekista (dulu disebut minuta). Bentuk prekista dari Entamoeba
histolytica sangat mirip dengan bentuk trofozoit dari Entamoeba coli,
spesies lainnya dari ameba usus.
2.1.3 Siklus Hidup
Kista matang dikeluarkan bersama tinja
penderita (1). Infeksi Entamoeba
histolytica oleh kista matang berinti empat (2) tinja terkontaminasi
pada makanan, air, atau oleh tangan. Terjadi ekskistasi (3) terjadi
dalam usus dan berbentuk tropozoit (4) selanjutnya, bermigrasi ke
usus besar. Tropozoit memperbanyak diri dengan cara membelah diri (binary
fission) dan menjadi kista (5), menumpang dalam tinja (1). Karena
untuk mempertahankan dirinya, kista akan dapat bertahan beberapa hari sampai
dengan berminggu-minggu pada keadaan luar dan penyebab penularan. (bentuk
tropozoit selalu ada pada tinja diare, namun dengan cepat dapat dihancurkan
oleh tubuh, dan jika tertelan bentuk ini tidak dapat bertahan saat melewati
lambung) dalam banyak kasus, tropozoit akan kembali berkembang menuju
lumen usus (A: noninvasive infection) pada carier yang asimtomatik,
kista ada dalam tinjanya. Pasien yang diinfeksi oleh tropozoit di dalam
mukosa ususnya (B: intestinal disease), atau, menuju aliran darah,
secara ekstra intestinal menuju hati, otak, dan paru (C: extraintestinal
disease), dengan berbagai kelainan patologik.
Siklus hidup dimulai
dari manusia menelan makanan/minuman yang terkontaminasi oleh
parasit tersebut, di lambung parasit tersebut tercerna, tinggal
bentuk kista yang berinti empat (kista masak) yang tahan
terhadap asam lambung masuk ke usus. Disini karena pengaruh enzym usus yang
bersifat netral dan sedikit alkalis, dinding kista mulai
melunak, ketika kista mencapai bagian bawah ileum atau
caecum terjadi excystasi menjadi empat amoebulae. Amoebulae tersebut bergerak
aktif, menginvasi jaringan dan membuat lesi di usus besar
kemudian tumbuh menjadi trophozoit dan mengadakan
multiplikasi disitu, proses ini terutama terjadi di caecum dan sigmoidorectal
yang menjadi tempat habitatnya. Dalam pertumbuhannya
amoeba ini mengeluarkan enzym proteolytic yang melisiskan
jaringan disekitarnya kemudian jaringan yang mati tersebut diabsorpsi dan
dijadikan makanan oleh amoeba tersebut. Amoeba yang
menginvasi jaringan menjalar dari jaringan yang mati ke jaringan
yang sehat, dengan jalan ini amoeba dapat memperluas dan memperdalam lesi yang
ditimbulkannya, kemudian menyebar melalui cara percontinuitatum,
hematogen ataupun lymphogen mengadakan metastase ke
organ-organ lain dan menimbulkan amoebiasis di organ-organ tersebut. Metastase tersering adalah di hepar terutama lewat hematogen.
Setelah beberapa waktu
oleh karena beberapa keadaan, kekuatan invasi dari parasit menurun
juga dengan meningkatnya pertahanan dan toleransi dari host maka
lesi mulai mengadakan perbaikan. Untuk meneruskan
kelangsungan hidupnya mereka lalu mengadakanen cystasi, membentuk kista yang mula-mula berinti satu,
membelah menjadi dua, akhirnya menjadi berinti empat kemudian dikeluarkan
bersama-sama tinja untuk membuat siklus hidup baru bila kista
tersebut tertelan oleh manusia.
2.2
Epidemiologi Dan Distribusi Geografis
2.2.1 Epidemiologi
Entamoeba histolytica tersebar
sangat luas di dunia. Penularan umumnya terjadi karena makanan atau minuman
yang tercemar oleh kista ameba. Penularan tidak terjadi melalui bentuk
trofozoit, sebab bentuk ini akan rusak oleh asam lambung. Kista Entamoeba
histolytica mampu bertahan di tanah yang lembab selama 8 -12 hari, di air 9 -
30 hari, dan di air dingin (4ºC) dapat bertahan hingga 3 bulan. Kista akan
cepat rusak oleh pengeringan dan pemanasan 50ºC.
Makanan
dan minuman dapat terkontaminasi oleh kista melalui cara-cara berikut ini:
1. persediaan
air yang terpolusi
2. tangan
infected food handler yang terkontaminasi
3. konstaminasi
oleh lalat dan kecoa
4. penggunaan
pupuk tinja untuk tanaman
5. higiene
yang buruk, terutama di tempat-tempat dengan populasi tinggi, seperti asrama,
rumah sakit, penjara, dan lingkungan perumahan Penularan yang berlangsung
melalui hubungan seksual biasanya terjadi di kalangan pria homoseksual.
2.2.2 Distribusi
Geografis
Amebiasis terdapat di seluruh dunia atau
bersifat kosmopolit. Parasit ini terutama ada di daerah tropic dan daerah
beriklim sedang
Disentri
amebic (Entamoeba histolytica) adalah lazim di dunia, lebih banyak terjadi di
daerah tropis dan subtropis, tetapi di daerah dingin, dan bahkan Lingkaran
Kutub Utara, ada juga yang prevalensi infeksi dan amuba. prevalensi dan tingkat
sanitasi di seluruh negara ekonomi dan terkait erat dengan kebiasaan makan,
diperkirakan bahwa sekitar 10% dari penduduk dunia terinfeksi, tingkat infeksi
di beberapa tempat dapat setinggi 50%.
2.2.3
Transmisi
The (aktif
trofozoit tahap) hanya ada di host dan di tinja longgar segar; kista bertahan
hidup di luar tuan rumah di air, tanah dan pada makanan, terutama dalam kondisi
lembab pada kedua. Kista dapat segera dibunuh dengan panas dan suhu beku, dan
bertahan hanya beberapa bulan di luar tuan rumah. [3] Ketika kista ditelan
mereka menyebabkan infeksi oleh excysting (melepaskan tahap trofozoit) dalam
saluran pencernaan. Tahap trofozoit siap tewas dalam lingkungan dan tidak dapat
bertahan hidup melintasi perut asam untuk menyebabkan infeksi, meskipun jika
disuntikkan langsung ke dalam hati, seperti yang sering dilakukan pada hewan
model penyakit, itu dapat menyebabkan abses hati .
2.2.4 Patogenesis
Sifat patogen E. histolytica pertama kali dilaporkan
oleh Lösch pada tahun 1875, tapi itu tidak diberikan nama latin sampai Fritz
Schaudinn menggambarkannya pada tahun 1903. E. histolytica, seperti namanya
(histo - jaringan litik = menghancurkan), adalah patogen , infeksi dapat
menyebabkan disentri amuba atau amuba abses hati . [1] Gejala bisa berupa
fulminan disentri, diare berdarah, penurunan berat badan, kelelahan, sakit
perut, dan amoeboma . amuba ini sebenarnya bisa 'menanggung' ke dalam dinding
usus, menyebabkan lesi dan gejala usus, dan mungkin mencapai aliran darah. Dari
sana, ia dapat mencapai organ-organ vital yang berbeda dari tubuh manusia,
biasanya hati, tapi kadang-kadang paru-paru, otak, limpa, dll hasil umum dari
invasi jaringan adalah abses hati, yang bisa berakibat fatal jika tidak
diobati. Tertelan sel darah merah kadang-kadang terlihat dalam sitoplasma sel
amuba.
2.2.5 Genom
Para genom data E. histolytica telah kembali dan
reannotated, menggabungkan modifikasi struktural dan fungsional signifikan
terhadap model gen yang ada. 20 juta basepair perakitan genom berisi 8.160 gen
diprediksi; dikenal dan novel elemen transposabel telah dipetakan dan ditandai,
tugas fungsional telah direvisi dan diperbarui, dan informasi tambahan telah
dimasukkan, termasuk jalur metabolisme, Ontologi Gene tugas, penanggulangan
dari pengangkut, dan generasi keluarga gen.
2.2.6 Interaksi Patogen
E. histolytica dapat memodulasi virulensi dari virus
manusia tertentu dan itu sendiri sebagai inang virus sendiri. Sebagai contoh,
menyebutkan AIDS sebagai menonjolkan kerusakan dan patogenisitas histolytica
E.. Di sisi lain, sel-sel yang terinfeksi HIV sering dikonsumsi oleh E.
histolytica. Infeksi HIV tetap layak dalam amuba, walaupun untungnya belum ada
bukti reinfeksi manusia dari amuba membawa virus ini. Semburan penelitian
tentang virus dari E. histolytica berasal dari serangkaian makalah yang diterbitkan
oleh Diamond et al. 1972-1979. Pada tahun 1972, mereka hipotesis dua jenis
virus polyhedral terpisah dan membentuk filament dalam E. histolytica yang
menyebabkan lisis sel. Mungkin pengamatan yang paling novel adalah dua jenis
strain virus ada, dan bahwa dalam satu jenis amuba (dijuluki HB-301) strain
polyhedral tidak memiliki efek yang merugikan tetapi menyebabkan lisis sel
dalam lainnya (disebut HK-9) strain. Meskipun Mattern et al. berusaha untuk
mengeksplorasi kemungkinan bahwa virus ini protozoa dapat berfungsi seperti
bakteriofag, mereka tidak menemukan perubahan signifikan dalam virulensi
Entamoeba histolytica ketika terinfeksi oleh virus. Sayangnya ada penelitian
yang lebih baru tampaknya telah dilakukan pada spesies ini sejak
2.3
Gejala Klinis
Bentuk klinis yang dikenal ada dua,
yaitu amebiasis intestinal dan amebiasis ekstra intestinal. Amebiasis kolon
intestinal terdiri dari amebasis kolon akut dan amebasis kolon menahun.
Amebasis kolon akut gejalanya berlangsung kurang dari satu bulan, biasa disebut
disentri ameba memiliki gejala yang jelas berupa sindrom disentri. Amebasis
kolon menahun gejalanya berlangsung lebih dari satu bulan, disebut juga koletis
ulserosa amebic, gejalanya bersifat ringan dan tidak begitu jelas.
Amebasis ekstra intestinal terjadi jika
amebasis kolon tidak diobati. Dapat terjadi secara hematogen, melalui aliran
darah atau secara langsung. Hematogen terjadi bila amoeba telah masuk di
submukosa porta ke hati dan menimbulkan abses hati, berisi nanah warna coklat.
Cara langsung terjadi bila abses hati tidak diobati sehingga abses pecah, dan
abses yang keluar mengandung ameba yang dapat menyebar kemana-mana.
2.3.1 Diagnosis
Hal ini
dapat didiagnosis dengan bangku sampel namun penting untuk dicatat bahwa
spesies tertentu lainnya tidak mungkin untuk membedakan dengan mikroskop saja.
Trofozoit bisa dilihat di Pap tinja segar dan kista dalam sampel kotoran biasa.
ELISA atau RIA juga dapat digunakan. Genus dan Spesies Entamoeba histolytica
Etiologi
Agen: Amoebiasis ; amuba disentri ,
ekstraintestinal Amoebiasis, biasanya amuba Hati Bisul = "kecap ikan
teri"); Amoeba Cutis ; amuba Lung Bisul ("berwarna dahak hati")
Stadium
infektif: Quadrinucleated kista
(memiliki 4 inti)
Host
Definitif : Manusia
Portal
Masuk : Mulut
Mode
Transmisi : Menelan kista matang melalui makanan atau air yang
terkontaminasi
Habitat : Kolon dan sekum
Tahap
patogen : Trofozoit
Lokomotif
aparat : Pseudopodia ("Kaki False")
Motilitas : Aktif, Progresif dan terarah
Inti : 'Ring dan dot'
penampilan: kromatin perifer dan pusat karyosome
Cara
Reproduksi : Binary Fission
Patogenesis : Litik nekrosis (terlihat seperti
"botol berbentuk" lubang di bagian saluran pencernaan (GIT)
Jenis
encystment : Pelindung dan Reproduksi
Lab
Diagnosis
Paling umum
adalah langsung tinja Smear (DFS) dan pewarnaan (tetapi tidak memungkinkan
identifikasi ke tingkat spesies); enzim immunoassay (EIA); hemaglutinasi tidak
langsung (IHA); Antigen deteksi - antibodi monoklonal; PCR untuk identifikasi
spesies. Kadang-kadang hanya penggunaan fiksatif (formalin) efektif dalam
mendeteksi kista. Budaya: Dari sampel feses - menengah Robinson, Jones 'medium
2.3.2 Pencegahan dan Pengobatan
Cara untuk mencegah agar tidak menderita
gangguan yang disebabkan oleh Entamoeba histolitica antara lain sebagai
berikut :
1. Tidak
makan makanan mentah (sayuran,daging babi, daging sapi dan daging ikan), buah
dan melon dikonsumsi setelah dicuci bersih dengan air.
2. Minum air yang sudah dimasak mendidih baru
aman.
3. Menjaga kebersihan diri, sering gunting kuku,
membiasakan cuci tangan menjelang makan atau sesudah buang air besar.
4. Tidak boleh buang air kecil/besar di sembarang
tempat, tidak menjadikan tinja segar sebagai pupuk; tinja harus dikelola dengan
tangki septik, agar tidak mencemari sumber air.
5. Di Taman Kanak Kanak dan Sekolah Dasar harus
secara rutin diadakan pemeriksaan parasit, sedini mungkin menemukan anak yang
terinfeksi parasit dan mengobatinya dengan obat cacing.
6. Bila muncul serupa gejala infeksi parasit
usus, segera periksa dan berobat ke rumah sakit.
Meski
kebanyakan penderita parasit usus ringan tidak ada gejala sama sekali, tetapi
mereka tetap bisa menularkannya kepada orang lain, dan telur cacing akan secara
sporadik keluar dari tubuh bersama tinja, hanya diperiksa sekali mungkin tidak
ketahuan, maka sebaiknya secara teratur memeriksa dan mengobatinya.
Pengobatan
Obat untuk gangguan yang disebabakan
oleh Entamoeba histolitika antara lain Emetin hidroklorida, Klorokuin,
Antibiotik dan Metronidazol atau Nitroimidazol.
Metronidazol
untuk trofozoit invasif PLUS sebuah amoebicide lumenal bagi mereka yang masih
dalam usus. paromomycin (Humatin) adalah obat lumenal pilihan, karena furoate
Diloxanide (Furamide) tidak tersedia secara komersial di Amerika Serikat atau
Kanada (hanya tersedia dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit). Sebuah
perbandingan langsung keberhasilan menunjukkan bahwa paromomycin memiliki
tingkat kesembuhan yang lebih tinggi [8] . paromomycin (Humatin) harus
digunakan dengan hati-hati pada pasien dengan kolitis seperti yang baik
nefrotoksik dan ototoxic. Penyerapan melalui dinding yang rusak saluran usus
dapat mengakibatkan gangguan pendengaran permanen dan kerusakan ginjal. Dosis
yang disarankan: Metronidazole 750 mg tid oral, selama 5 sampai 10 hari DIIKUTI
paromomycin 30 mg / kg / hari oral dalam 3 dosis yang sama selama 5 sampai 10
hari atau Diloxanide furoate 500 mg tid oral selama 10 hari, untuk membasmi
amuba lumenal dan mencegah kambuh.
Tahap
trophozoite
Diagnostik
pathognomonic Fitur / Tertelan RBC;
inti khas
Tahap kista
Chromatoidal
Tubuh : tubuh berbentuk 'Cigar' (terdiri
dari ribosom kristalin)
Jumlah
Nukleus : 1 di tahap awal, 4 ketika jatuh tempo
Diagnostik
pathognomonic Fitur / 'Ring dan dot' inti dan badan chromatoid
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Entamoeba hystolytica hidup dalam
usus besar, tersebut mempunyai dua bentuk, yaitu bentuk yang bergerak dan
bentuk yang tidak bergerak. Parasit yang berbentuk tidak bergerak tidak
menimbulkan gejala, sedangkan bentuk yang bergerak bila menyerang dinding usus
penderita dapat menyebabkan mulas, perut kembung, suhu tubuh meningkat, serta
diare yang mengandung darah dan bercampur lendir, namun diarenya tidak terlalu
sering.
DAFTAR PUSTAKA
Muslim, H.
M. 2009. Parasitologi Untuk Keperawatan.
Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Gandahusada,
Srisasi, dkk. 2009. Parasitologi
Kedokteran. Edisi Ketiga. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Anonim. 2012. Entamoeba histolytica, (Online),
Anonim.
2012. Diagnosis dan Penatalaksanaan Amebiasis, (Online),
Asti Dwi Noverina. 2011. Kalsifikasi Entamoeba
histolytica, (Online),
Dominika.
2011. Entamoeba histolytica,
(Online),
Muhamad Ibnu Sina. 2010. Entamoeba histolytica, (Online),