Selasa, 19 November 2013

entamoeba histolytica


MAKALAH PARASITOLOGI







Entamoeba histolytica
Disusun guna memenuhi tugas matakuliah Parasitologi


Disusun Oleh:

TEUIS SUSILAWATI
21121179



PARASITOLOGI
JURUSAN S1 FARMASI
SEKOLAH TINGGI FARMASI BANDUNG
Jl.Soekarno-Hatta No.754 Bandung
2013


KATA PENGANTAR


Puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah S.W.T atas berkat dan rahmat saya diberikan kesehatan dan keaktifan dalam menyelesaikan tugas mata kuliah yang saya tempuh khususnya mata kuliah “parasitologi” untuk memenuhi nilai tugas yang dibebankan kepada saya selaku mahasiswa. Adapun judul yang akan saya bahas dalam makalah saya ini adalah mengenai “Entamoeba Histolytica”.yang pada dasar akan menjelaskan tentang klasifikasi, morfologi, epidemologi, gejala klinis, siklus hidup, upaya pencegahan, dan lain-lainya. Demikian pokok-pokok yang akan dibahas dalam makalah ini selanjutkan akan dibahas dihalaman berikutnya.
Dalam Penulisan makalah ini saya merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang saya miliki. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat saya harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Saya menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberi masukan, saran, kritik terhadap makalah yang disampaikan. Semoga makalah ini dapat membantu saya dalam memperoleh nilai yang baik dalam mata kuliah parasitologi.




Bandung, November 2013


Penyusun
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR .............................................................................              
DAFTAR ISI .............................................................................................             

BAB I PENDAHULUAN ....................

                  1.1     Latar Belakang................................................................              
                  1.2     Tujuan Makalah...............................................................             
                  1.3     Rumusan Masalah............................................................             
BAB   II PEMBAHASAN ........................................................................             
2.1     Entamoeba Histolytica                                                                   
    2.1.1   Klasifikasi                                                               
                            2.1.2   Morfologi                                                                
                            2.1.3   Siklus Hidup                                                           
2.2     Epidemiologi Dan Distribusi Geografis                             
    2.2.1   Distribusi Geografis                                                
    2.2.2   Transmisi                                                                 
    2.2.3   Patogenesis                                                             
    2.2.4   Genom                                                                    
    2.2.5   Interaksi Patogen                                                    
                   2.3    Gejala Klinis                                                                      
                            2.3.1   Diagnosis                                                                
                            2.3.2   Pencegahan Dan Pengobatan                                  
BAB   III  KESIMPULAN........................................................................              
                  3.1     Kesimpulan .....................................................................              
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................              

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Parasitologi adalah suatu ilmu cabang Biologi yang mempelajari tentang semua organisme parasit. Tetapi dengan adanya kemajuan ilmu, parasitologi kini terbatas mempelajari organisme parasit yang tergolong hewan parasit, meliputi: protozoa, helminthes, arthropoda dan insekta parasit, baik yang zoonosis ataupun anthroponosis. Cakupan parasitologi meliputi taksonomi, morfologi, siklus hidup masing-masing parasit, serta patologi dan epidemiologi penyakit yang ditimbulkannya. Organisme parasit adalah organisme yang hidupnya bersifat parasitis; yaitu hidup yang selalu merugikan organisme yang ditempatinya (hospes). Predator adalah organisme yang hidupnya juga bersifat merugikan organisme lain (yang dimangsa). Bedanya, kalau predator ukuran tubuhnya jauh lebih besar dari yang dimangsa, bersifat membunuh dan memakan sebagian besar tubuh mangsanya. Sedangkan parasit, selain ukurannya jauh lebih kecil dari hospesnya juga tidak menghendaki hospesnya mati, sebab kehidupan hospes sangat essensial dibutuhkan bagi parasit yang bersangkutan
1.2  Tujuan
1.      Mengetahui definisi dari entamoeba histolytica
2.      mengetahui morfologi, epidemologi gejala klinis, siklus hidup, upaya pencegahan terhadap penyakit yang ditimbulkan oleh entamoeba histolytica
3.      Menyadari akibat yang dapat ditimbulkan oleh gangguan parasit terhadap kesejahteraan manusia

1.3  Rumusan Masalah
1.      Dengan mempelajari siklus hidup parasit, kita akan dapat mengetahui bilamana dan bagaimana kita dapat terinfeksi oleh parasit, serta bagaimana kemungkinan akibat yang dapat ditimbulkannya.
2.      Selanjutnya ditunjang oleh pengetahuan epidemiologi penyakit, kita akan dapat menentukan cara pencegahan dan pengendaliannya

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Entamoeba Histolytica
            Entamoeba histolytica adalah protozoa parasit, bagian dari genus Entamoeba. Protozoa ini menginfeksi manusia dan primata lainnya. E. histolytica diperkirakan telah menginfeksi sekitar 50 juta orang di seluruh dunia.
Amebiasis  atau disebut juga disentri ameba adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit usus entamoeba histolytica (E.histolitica). Entamoeba histolytica merupakan protozoa usus yang hidup komensial di usus besar manusia. Siklus hidupnya ada 2 macam yaitu trofozoit dan bentuk kista.
2.1.1 Klasifikasi
            Klasifikasi Entamoeba histolytica
Domain:Eukaryota
Filum:
Amoebozoa
Kelas:
Archamoebae
Ordo:
Amoebida
Genus:
Entamoeba
Spesies: E. Histolytica                                 gambar entamoeba histolytica
2.1.2 Morfologi
Amoeba ini memiliki bentuk trofozoit dan kista. Trofozoitnya memiliki ciri-ciri morfologi:
1.      ukuran 10-60 μm
2.      sitoplasma bergranular dan mengan-dung eritrosit, yangmerupakan penanda      penting untuk diagnosisnya
3.      terdapat satu buah inti entamoeba, ditandai dengan karyosom padat yang terletak di tengah inti, serta kromatin yang tersebar di pinggir anint
4.      bergerak progresif dengan alat gerak ektoplasma yang lebar,disebut   pseudopodia.

Kista Entamoeba histolytica memiliki ciri-ciri morfologi sebagai berikut:
1.                bentuk memadat mendekati bulat, ukuran 10-20 μm
2.                kista matang memiliki 4 buah inti entamoba tidak dijumpai lagi eritrosit di    dalam sitoplasma
3.                kista yang belum ma-tang memiliki glikogen (chromatoidal bodies)   berbentuk seperti cerutu, namun biasanya meng-hilang setelah kista matang.
Dalam peralihan bentuk trofozoit menjadi kista, ektoplasma memendek dan di dalam sitoplasma tidak dijumpai lagi eritrosit. Bentuk ini dikenal dengan istilah prekista (dulu disebut minuta). Bentuk prekista dari Entamoeba histolytica sangat mirip dengan Bentuk trofozoit dari Entamoeba coli, spesies lainnya dari ameba usus.
Dalam peralihan bentuk trofozoit menjadi kista, ektoplasma
memendek dan di dalam sitoplasma tidak dijumpai lagi eritrosit. Bentuk ini dikenal dengan istilah prekista (dulu disebut minuta). Bentuk prekista dari Entamoeba histolytica sangat mirip dengan bentuk trofozoit dari Entamoeba coli, spesies lainnya dari ameba usus.
2.1.3 Siklus Hidup
 
Kista matang dikeluarkan bersama tinja penderita (1).  Infeksi Entamoeba histolytica oleh kista matang berinti empat (2) tinja terkontaminasi pada makanan, air, atau oleh tangan.  Terjadi ekskistasi (3) terjadi dalam usus dan berbentuk tropozoit  (4)  selanjutnya, bermigrasi ke usus besar.  Tropozoit memperbanyak diri dengan cara membelah diri (binary fission) dan menjadi kista (5), menumpang dalam tinja (1).  Karena untuk mempertahankan dirinya, kista akan dapat bertahan beberapa hari sampai dengan berminggu-minggu pada keadaan luar dan penyebab penularan.  (bentuk tropozoit selalu ada pada tinja diare, namun dengan cepat dapat dihancurkan oleh tubuh, dan jika tertelan bentuk ini tidak dapat bertahan saat melewati lambung)  dalam banyak kasus, tropozoit akan kembali berkembang menuju lumen usus (A: noninvasive infection) pada carier yang asimtomatik, kista ada dalam tinjanya.  Pasien yang diinfeksi oleh tropozoit di dalam mukosa ususnya (B: intestinal disease), atau, menuju aliran darah, secara ekstra intestinal menuju hati, otak, dan paru (C: extraintestinal disease), dengan berbagai kelainan patologik. 

Siklus hidup dimulai dari manusia menelan makanan/minuman yang terkontaminasi oleh parasit tersebut, di lambung parasit tersebut tercerna, tinggal bentuk kista yang berinti empat (kista masak) yang tahan terhadap asam lambung masuk ke usus. Disini karena pengaruh enzym usus yang bersifat netral dan sedikit alkalis, dinding kista mulai melunak, ketika kista mencapai bagian bawah ileum atau caecum terjadi excystasi menjadi empat amoebulae. Amoebulae tersebut bergerak aktif, menginvasi jaringan dan membuat lesi di usus besar kemudian tumbuh menjadi trophozoit dan mengadakan multiplikasi disitu, proses ini terutama terjadi di caecum dan sigmoidorectal yang menjadi tempat habitatnya. Dalam pertumbuhannya amoeba ini mengeluarkan enzym proteolytic yang melisiskan jaringan disekitarnya kemudian jaringan yang mati tersebut diabsorpsi dan dijadikan makanan oleh amoeba tersebut. Amoeba yang menginvasi jaringan menjalar dari jaringan yang mati ke jaringan yang sehat, dengan jalan ini amoeba dapat memperluas dan memperdalam lesi yang ditimbulkannya, kemudian menyebar melalui cara percontinuitatum, hematogen ataupun lymphogen mengadakan metastase ke organ-organ lain dan menimbulkan amoebiasis di organ-organ tersebut. Metastase tersering adalah di hepar terutama lewat hematogen.
Setelah beberapa waktu oleh karena beberapa keadaan, kekuatan invasi dari parasit menurun juga dengan meningkatnya pertahanan dan toleransi dari host maka lesi mulai mengadakan perbaikan. Untuk meneruskan kelangsungan hidupnya mereka lalu mengadakanen cystasi, membentuk kista yang mula-mula berinti satu, membelah menjadi dua, akhirnya menjadi berinti empat kemudian dikeluarkan bersama-sama tinja untuk membuat siklus hidup baru bila kista tersebut tertelan oleh manusia.

2.2  Epidemiologi Dan Distribusi Geografis
2.2.1 Epidemiologi
            Entamoeba histolytica tersebar sangat luas di dunia. Penularan umumnya terjadi karena makanan atau minuman yang tercemar oleh kista ameba. Penularan tidak terjadi melalui bentuk trofozoit, sebab bentuk ini akan rusak oleh asam lambung. Kista Entamoeba histolytica mampu bertahan di tanah yang lembab selama 8 -12 hari, di air 9 - 30 hari, dan di air dingin (4ºC) dapat bertahan hingga 3 bulan. Kista akan cepat rusak oleh pengeringan dan pemanasan 50ºC.
Makanan dan minuman dapat terkontaminasi oleh kista melalui cara-cara berikut ini:
1.      persediaan air yang terpolusi
2.      tangan infected food handler yang terkontaminasi
3.      konstaminasi oleh lalat dan kecoa
4.      penggunaan pupuk tinja untuk tanaman
5.      higiene yang buruk, terutama di tempat-tempat dengan populasi tinggi, seperti asrama, rumah sakit, penjara, dan lingkungan perumahan Penularan yang berlangsung melalui hubungan seksual biasanya terjadi di kalangan pria homoseksual.
2.2.2 Distribusi Geografis
Amebiasis terdapat di seluruh dunia atau bersifat kosmopolit. Parasit ini terutama ada di daerah tropic dan daerah beriklim sedang
Disentri amebic (Entamoeba histolytica) adalah lazim di dunia, lebih banyak terjadi di daerah tropis dan subtropis, tetapi di daerah dingin, dan bahkan Lingkaran Kutub Utara, ada juga yang prevalensi infeksi dan amuba. prevalensi dan tingkat sanitasi di seluruh negara ekonomi dan terkait erat dengan kebiasaan makan, diperkirakan bahwa sekitar 10% dari penduduk dunia terinfeksi, tingkat infeksi di beberapa tempat dapat setinggi 50%.
2.2.3 Transmisi
The (aktif trofozoit tahap) hanya ada di host dan di tinja longgar segar; kista bertahan hidup di luar tuan rumah di air, tanah dan pada makanan, terutama dalam kondisi lembab pada kedua. Kista dapat segera dibunuh dengan panas dan suhu beku, dan bertahan hanya beberapa bulan di luar tuan rumah. [3] Ketika kista ditelan mereka menyebabkan infeksi oleh excysting (melepaskan tahap trofozoit) dalam saluran pencernaan. Tahap trofozoit siap tewas dalam lingkungan dan tidak dapat bertahan hidup melintasi perut asam untuk menyebabkan infeksi, meskipun jika disuntikkan langsung ke dalam hati, seperti yang sering dilakukan pada hewan model penyakit, itu dapat menyebabkan abses hati .
2.2.4 Patogenesis
Sifat patogen E. histolytica pertama kali dilaporkan oleh Lösch pada tahun 1875, tapi itu tidak diberikan nama latin sampai Fritz Schaudinn menggambarkannya pada tahun 1903. E. histolytica, seperti namanya (histo - jaringan litik = menghancurkan), adalah patogen , infeksi dapat menyebabkan disentri amuba atau amuba abses hati . [1] Gejala bisa berupa fulminan disentri, diare berdarah, penurunan berat badan, kelelahan, sakit perut, dan amoeboma . amuba ini sebenarnya bisa 'menanggung' ke dalam dinding usus, menyebabkan lesi dan gejala usus, dan mungkin mencapai aliran darah. Dari sana, ia dapat mencapai organ-organ vital yang berbeda dari tubuh manusia, biasanya hati, tapi kadang-kadang paru-paru, otak, limpa, dll hasil umum dari invasi jaringan adalah abses hati, yang bisa berakibat fatal jika tidak diobati. Tertelan sel darah merah kadang-kadang terlihat dalam sitoplasma sel amuba.
2.2.5 Genom
Para genom data E. histolytica telah kembali dan reannotated, menggabungkan modifikasi struktural dan fungsional signifikan terhadap model gen yang ada. 20 juta basepair perakitan genom berisi 8.160 gen diprediksi; dikenal dan novel elemen transposabel telah dipetakan dan ditandai, tugas fungsional telah direvisi dan diperbarui, dan informasi tambahan telah dimasukkan, termasuk jalur metabolisme, Ontologi Gene tugas, penanggulangan dari pengangkut, dan generasi keluarga gen.
2.2.6 Interaksi Patogen
E. histolytica dapat memodulasi virulensi dari virus manusia tertentu dan itu sendiri sebagai inang virus sendiri. Sebagai contoh, menyebutkan AIDS sebagai menonjolkan kerusakan dan patogenisitas histolytica E.. Di sisi lain, sel-sel yang terinfeksi HIV sering dikonsumsi oleh E. histolytica. Infeksi HIV tetap layak dalam amuba, walaupun untungnya belum ada bukti reinfeksi manusia dari amuba membawa virus ini. Semburan penelitian tentang virus dari E. histolytica berasal dari serangkaian makalah yang diterbitkan oleh Diamond et al. 1972-1979. Pada tahun 1972, mereka hipotesis dua jenis virus polyhedral terpisah dan membentuk filament dalam E. histolytica yang menyebabkan lisis sel. Mungkin pengamatan yang paling novel adalah dua jenis strain virus ada, dan bahwa dalam satu jenis amuba (dijuluki HB-301) strain polyhedral tidak memiliki efek yang merugikan tetapi menyebabkan lisis sel dalam lainnya (disebut HK-9) strain. Meskipun Mattern et al. berusaha untuk mengeksplorasi kemungkinan bahwa virus ini protozoa dapat berfungsi seperti bakteriofag, mereka tidak menemukan perubahan signifikan dalam virulensi Entamoeba histolytica ketika terinfeksi oleh virus. Sayangnya ada penelitian yang lebih baru tampaknya telah dilakukan pada spesies ini sejak

2.3 Gejala Klinis
Bentuk klinis yang dikenal ada dua, yaitu amebiasis intestinal dan amebiasis ekstra intestinal. Amebiasis kolon intestinal terdiri dari amebasis kolon akut dan amebasis kolon menahun. Amebasis kolon akut gejalanya berlangsung kurang dari satu bulan, biasa disebut disentri ameba memiliki gejala yang jelas berupa sindrom disentri. Amebasis kolon menahun gejalanya berlangsung lebih dari satu bulan, disebut juga koletis ulserosa amebic, gejalanya bersifat ringan dan tidak begitu jelas.
Amebasis ekstra intestinal terjadi jika amebasis kolon tidak diobati. Dapat terjadi secara hematogen, melalui aliran darah atau secara langsung. Hematogen terjadi bila amoeba telah masuk di submukosa porta ke hati dan menimbulkan abses hati, berisi nanah warna coklat. Cara langsung terjadi bila abses hati tidak diobati sehingga abses pecah, dan abses yang keluar mengandung ameba yang dapat menyebar kemana-mana.
2.3.1 Diagnosis
Hal ini dapat didiagnosis dengan bangku sampel namun penting untuk dicatat bahwa spesies tertentu lainnya tidak mungkin untuk membedakan dengan mikroskop saja. Trofozoit bisa dilihat di Pap tinja segar dan kista dalam sampel kotoran biasa. ELISA atau RIA juga dapat digunakan. Genus dan Spesies  Entamoeba histolytica
Etiologi Agen:             Amoebiasis ; amuba disentri , ekstraintestinal Amoebiasis, biasanya amuba Hati Bisul = "kecap ikan teri"); Amoeba Cutis ; amuba Lung Bisul ("berwarna dahak hati")
Stadium infektif:  Quadrinucleated kista (memiliki 4 inti)
Host Definitif      : Manusia
Portal Masuk       :       Mulut
Mode Transmisi   : Menelan kista matang melalui makanan atau air yang terkontaminasi
Habitat                : Kolon dan sekum
Tahap patogen : Trofozoit
Lokomotif aparat : Pseudopodia ("Kaki False")
Motilitas                : Aktif, Progresif dan terarah
Inti                         : 'Ring dan dot' penampilan: kromatin perifer dan pusat karyosome
Cara Reproduksi : Binary Fission
Patogenesis         : Litik nekrosis (terlihat seperti "botol berbentuk" lubang di bagian saluran pencernaan (GIT)
Jenis encystment : Pelindung dan Reproduksi
Lab Diagnosis            
Paling umum adalah langsung tinja Smear (DFS) dan pewarnaan (tetapi tidak memungkinkan identifikasi ke tingkat spesies); enzim immunoassay (EIA); hemaglutinasi tidak langsung (IHA); Antigen deteksi - antibodi monoklonal; PCR untuk identifikasi spesies. Kadang-kadang hanya penggunaan fiksatif (formalin) efektif dalam mendeteksi kista. Budaya: Dari sampel feses - menengah Robinson, Jones 'medium
2.3.2  Pencegahan dan Pengobatan
Cara untuk mencegah agar tidak menderita gangguan yang disebabkan oleh Entamoeba histolitica antara lain sebagai berikut :
1.      Tidak makan makanan mentah (sayuran,daging babi, daging sapi dan daging ikan), buah dan melon dikonsumsi setelah dicuci bersih dengan air.
2.       Minum air yang sudah dimasak mendidih baru aman.
3.       Menjaga kebersihan diri, sering gunting kuku, membiasakan cuci tangan menjelang makan atau sesudah buang air besar.
4.       Tidak boleh buang air kecil/besar di sembarang tempat, tidak menjadikan tinja segar sebagai pupuk; tinja harus dikelola dengan tangki septik, agar tidak mencemari sumber air.
5.       Di Taman Kanak Kanak dan Sekolah Dasar harus secara rutin diadakan pemeriksaan parasit, sedini mungkin menemukan anak yang terinfeksi parasit dan mengobatinya dengan obat cacing.
6.       Bila muncul serupa gejala infeksi parasit usus, segera periksa dan berobat ke rumah sakit.

Meski kebanyakan penderita parasit usus ringan tidak ada gejala sama sekali, tetapi mereka tetap bisa menularkannya kepada orang lain, dan telur cacing akan secara sporadik keluar dari tubuh bersama tinja, hanya diperiksa sekali mungkin tidak ketahuan, maka sebaiknya secara teratur memeriksa dan mengobatinya.
Pengobatan
Obat untuk gangguan yang disebabakan oleh Entamoeba histolitika antara lain Emetin hidroklorida, Klorokuin, Antibiotik dan Metronidazol atau Nitroimidazol.
Metronidazol untuk trofozoit invasif PLUS sebuah amoebicide lumenal bagi mereka yang masih dalam usus. paromomycin (Humatin) adalah obat lumenal pilihan, karena furoate Diloxanide (Furamide) tidak tersedia secara komersial di Amerika Serikat atau Kanada (hanya tersedia dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit). Sebuah perbandingan langsung keberhasilan menunjukkan bahwa paromomycin memiliki tingkat kesembuhan yang lebih tinggi [8] . paromomycin (Humatin) harus digunakan dengan hati-hati pada pasien dengan kolitis seperti yang baik nefrotoksik dan ototoxic. Penyerapan melalui dinding yang rusak saluran usus dapat mengakibatkan gangguan pendengaran permanen dan kerusakan ginjal. Dosis yang disarankan: Metronidazole 750 mg tid oral, selama 5 sampai 10 hari DIIKUTI paromomycin 30 mg / kg / hari oral dalam 3 dosis yang sama selama 5 sampai 10 hari atau Diloxanide furoate 500 mg tid oral selama 10 hari, untuk membasmi amuba lumenal dan mencegah kambuh.
Tahap trophozoite
Diagnostik pathognomonic Fitur /      Tertelan RBC; inti khas
Tahap kista
Chromatoidal Tubuh : tubuh berbentuk 'Cigar' (terdiri dari ribosom kristalin)
Jumlah Nukleus          :            1 di tahap awal, 4 ketika jatuh tempo
Diagnostik pathognomonic Fitur / 'Ring dan dot' inti dan badan chromatoid

BAB III
KESIMPULAN

3.1  Kesimpulan
Entamoeba hystolytica hidup dalam usus besar, tersebut mempunyai dua bentuk, yaitu bentuk yang bergerak dan bentuk yang tidak bergerak. Parasit yang berbentuk tidak bergerak tidak menimbulkan gejala, sedangkan bentuk yang bergerak bila menyerang dinding usus penderita dapat menyebabkan mulas, perut kembung, suhu tubuh meningkat, serta diare yang mengandung darah dan bercampur lendir, namun diarenya tidak terlalu sering.
                                                                                    


DAFTAR PUSTAKA

Muslim, H. M. 2009. Parasitologi Untuk Keperawatan. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Gandahusada, Srisasi, dkk. 2009. Parasitologi Kedokteran. Edisi Ketiga. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Anonim. 2012. Entamoeba histolytica, (Online),
Anonim. 2012. Diagnosis dan Penatalaksanaan Amebiasis, (Online),
Asti Dwi Noverina. 2011. Kalsifikasi Entamoeba histolytica, (Online),
Dominika. 2011. Entamoeba histolytica, (Online),
Muhamad Ibnu Sina. 2010. Entamoeba histolytica, (Online),